BlogHalaman

Sabtu, 18 Juli 2020

3 Pihak Yang Prediksi Ekonomi RI bakal Minus di 2020

Pandemi virus Corona belum berakhir. Virus jahat ini sudah membuat banyak orang menderita, termasuk ekonomi sebuah negara, tak terkecuali Indonesia.

Beberapa lembaga internasional sudah menerbitkan proyeksi kondisi ekonomi dunia di tahun 2020, termasuk di dalamnya ramalan ekonomi Indonesia.

1. International Monetary Fund (IMF),
Berdasarkan laporan IMF yang dikutip detikcom, pertumbuhan ekonomi negara maju akan minus 8,0% sepanjang tahun ini. Sedangkan negara berkembang minus 3,0% di 2020. Jika dilihat lebih rinci lagi Indonesia masuk ke dalam ASEAN-5, yang mana
diproyeksi pertumbuhan ekonominya minus 2,0%.
ASEAN-5 ini terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Jika dijabarkan satu per satu, IMF memproyeksi ekonomi Indonesia minus 0,3%, sementara Malaysia minus 3,8%, Filipina minus 3,6%, Thailand minus 7,7%.


2. World Bank (Bank Dunia)
Sementara World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 ini akan berada di bawah 5%. Parahnya lagi, ekonomi Indonesia bisa tak tumbuh sama sekali alias 0% karena wabah yang melanda.

"Jadi jika melihat proyeksi pertumbuhan untuk tahun 2020 di Indonesia kami perkirakan akan melambat menjadi 0% dan ini adalah asumsi dari dua bulan PSBB di bulan April, Mei dan Juni," ujar ekonom senior Bank Dunia untuk Indonesia Ralph Van Doorn dalam diskusi virtual bertajuk Implementasi New Normal Menghadapi Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Situasi Ekonomi dan Sosial awal Juni.

"Anjloknya pertumbuhan ekonomi RI terjadi akibat perlambatan konsumsi rumah tangga karena banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaannya atau menjadi korban dirumahkan dan PHK. "Serta akibat minimnya kegiatan ekonomi dan menurunnya kepercayaan konsumen," sambungnya.

3. OECD
Sedangkan OECD memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi atau minus sebesar 2,8% hingga minus 3,9% pada tahun 2020. Hal ini dikarenakan ketidakpastian yang berasal dari virus Corona atau COVID-19.

Berdasarkan laporanOECD economy outlook edisi Juni 2020 yang dikutip
proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut masuk ke dalam dua skenario yaitu gelombang pertama dan gelombang kedua.

Jika Indonesia hanya terkena hantaman COVID-19 satu kali, maka diproyeksikan angka pertumbuhan ekonominya minus -2,8%. Sementara terkena hantaman dua kali maka akan berada di level -3,9%.

PDB diproyeksikan berkontraksi pada 2020 dan untuk pertama kalinya sejak krisis ASIA 1997 ekonomi sebesar -2,8% atau -3,9% tergantung skenario," bunyi laporan OECD.

Menurut Sri Mulyani, ekonomi Indonesia akan membaik di kuartal III dan IV sehingga di akhir 2020 masih bisa mencatat pertumbuhan positif.

"Kita beruntung pada kuartal I bertahan di 2,97%. Namun kuartal II kita alami tekanan kemungkinan dalam kondisi negatif, BKF (Badan Kebijakan Fiskal) bilang -3,8%," kata Sri Mulyani.

Hal itu diungkapkannya saat menjadi pembicara kunci pada acara Townhall meeting Kementerian Keuangan secara virtual, Jumat (19/6/2020).

"Jadi kondisi apakah semester II atau kuartal III dan kuartal IV apakah kita sudah bisa pulih, sudah tertuang dalam postur APBN yang baru," jelasnya.


Sumber : detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Personal Growth (Inspirasi & Motivasi )